AS Bangun Kapal Selam Nuklir Baru


Meski menegaskan bahwa perlombaan senjata bisa mengancam perdamaian, AS terus memproduksi mesin perangnya. Pekan ini, Komite Pengadaan Anggaran Pertahanan Kongres AS (HDAC) menyetujui pembangunan kapal selam nuklir terbaru jenis Virginia (Virginia-class atau V-Class) yang diklaim tercanggih di dunia karena untuk kali pertama dalam 100 tahun, kapal ini menerapkan teknologi sonar untuk menggantikan periskop.

Harian Courant-Times melaporkan, Minggu (22/4), spesifikasi kapal selam V-Class yang dibangun di galangan General Dynamics Electric Boat Division (GDEBD) Washington, merupakan pengembangan kapal jenis Trident dan Seawolf yang memaksimalkan teknologi sonar. Tentu saja, kapal nuklir ini ditujukan mendukung militer AS dalam penerapan teknologi rudal balistik.
“AS tidak bisa menunggu lagi. Kita memerlukan kapal selam canggih dan harus menyiapkan anggaran besar untuk mewujudkannya,” kata John Murtha, Ketua HDAC saat meninjau pusat pembuatan kapal selam nuklir GDEBD.

Teknologi kapal V-Class menjadi terobosan pertama sejak AS membuat kapal selam berperiskop 100 tahun silam. Dengan teknologi sonarnya, V-Class bisa memindai dan memetakan dasar laut, daratan dan obyek dalam radius puluhan kilometer. V-Class akan membawa 150 rudal Tomahawk dan rudal balistik yang menjangkau sasaran di daratan.

Keunikan V-Class adalah hidungnya berbentuk kubah dan membuatnya mampu memecah gelombang sonar kapal musuh sehingga keberadaannya sulit dideteksi. Teknologi ini yang membuat V-Class dijuluki ‘kapal selam siluman’. Untuk misi intelijen, V-Class juga dilengkapi kapal selam mini (mini submarine) serta ruang kedap udara untuk keluar masuk awak kapal.

Murtha sepakat AS mengimbangi Tiongkok dalam perlombaan armada laut khususnya dalam pembuatan puluhan kapal selam nuklir. “Setidaknya, kita membuat dua V-Class per tahunnya. Karena militer AS terkesan kuno bila masih menggunakan 48 kapal jenis Los Angeles yang sudah saatnya dikandangkan,” Murtha didampingi senator Joe Courtney dan John Larson.





Paling lambat, realisasi V-Class dimulai tahun 2012 atau bersamaan habisnya masa edar belasan kapal selam yang lama. Murtha menyetujui pengucuran 2 miliar dolar AS (Rp 18, triliun) per unit V-Class. Mengacu perang di Irak, armada AS masih bergantung pada kemampuan kapal-kapal induk, armada darat dan udara namun peran kapal selam tempur kurang dipandang serius.
Presiden AS George W Bush pun dinilai kurang jeli saat mengritik Tiongkok, karena Beijing justru lebih gencar meningkatkan kualitas kapal selam nuklir berkemampuan rudal.

Read more

Kapal perusak


Kapal perusak atau destroyer merupakan kapal perang yang mampu bergerak cepat serta lincah bermanuver. Fungsi kapal perusak adalah memproteksi armada kapal perang yang berukuran lebih besar seperti kapal induk (carrier) atau capital warship {kapal tempur (battleship) atau kapal penjelajah (cruiser)} dari ancaman serangan peralatan perang yang lebih kecil seperti kapal terpedo, kapal selam atau pesawat terbang.

Sebelum Perang Dunia II, kapal perusak merupakan kapal perang ringan yang tidak memiliki ketahanan untuk beroperasi di laut lepas, sehingga harus beroperasi secara berkelompok; selama dan setelah perang; kapal perusak menjadi kapal yang mandiri dan tonasenya serta perannya semakin bertambah, terutama ketika cruiser menjadi sangat berperan di tahun 1950 and 60-an.

Pada awal abad ke-21, kapal perusak menjadi kapal perang permukaan terberat dengan fungsi yang sangat umum, hanya empat negara (Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan Peru) yang mengoperasikan cruiser (kapal yang lebih besar) dan tidak ada lagi negara yang mengoperasikan battleship. Kapal perusak modern memiliki tonase yang hampir sama dengan cruiser masa Perang Dunia II, tetapi secara persenjataan sudah sangat superior bahkan mampu mengangkut misil nuklir yang mampu menghancurkan sebuah kota dalam waktu singkat.



Sejarah
Sejarah perkembangan kapal perusak dimulai dari revolusi industri pada pertengahan abad ke-19 yang telah mengevolusikan kapal layar menjadi kapal bermesin uap. Pada tahun 1897, seorang insinyur muda bernama Charles Parsons membuat AL Inggris tercengang dengan penemuan turbin uapnya. Penemuan ini sangat revolusioner dan bermanfaat sekali untuk meningkatkan kemampuan kapal perang. Di bidang persenjataan, juga terjadi revolusi akibat munculnya torpedo. Seorang Inggris yang berkarya di Italia, Robert Whitehead menemukannya pada tahun 1866.

Kemunculan torpedo telah memunculkan konsep kapal perang baru, yaitu kapal torpedo. Karena sangat lincah dan bentuknya kecil, maka kapal cepat ini menjadi ancaman nyata bagi kapal-kapal perang besar. Kapal tempur (battleship) misalnya, dengan tubuhnya yang besar dan meriam-meriam besarnya, terlalu lamban untuk menghadapi kapal sekecil itu.

Oleh sebab itu untuk melindungi kapal-kapal perang besar dari serangan kapal torpedo, dirancanglah kapal perang lebih kecil yang lincah dengan memiliki beraneka kaliber senjata yang dapat menembak cepat. Maka muncullah si perusak kapal torpedo (torpedo boat destroyer). Lama-lama namanya disederhanakan menjadi destroyer saja atau kapal perusak.



Perkembangan kapal perusak
Evolusi desain kapal perusak terjadi tatkala Perang Dunia I meletus. Pada masa itu muncul ancaman dari kapal selam U-Boat bagi armada kapal perang. Akibatnya mau tak mau kapal perusak harus dilengkapi senjata penangkal kapal selam. Senjata yang dimaksud tak lain berupa bom dalam (depth charges) serta sonar untuk mengetahui posisi kapal selam lawan.

Perubahan kapal perusak kembali terjadi dalam Perang Dunia II. Lagi-lagi disebabkan oleh arsenal baru yang dilibatkan. Kali ini lawan tangguh muncul dari udara, pesawat terbang. Sekali lagi ada tipikal senjata baru berupa kanon antipesawat mesti dijejalkan. Akibat penambahan arsenal, berarti dimensi luas dek maupun bobot kapal bakal melonjak. Efeknya, destroyer menjelma menjadi kapal penjelajah (cruiser).

Perubahan kelas itu tidak menjadi masalah bagi angkatan laut yang berencana membangun kapal perusak baru. Tetapi untuk armada kapal yang sudah operasional tentu menjadi masalah. Solusi singkat didapat dengan mengadopsi meriam fungsi ganda (dual purpose canon). Meriam ini selain bisa digunakan untuk menghantam target permukaan, ia bisa pula dipakai merontokkan pesawat. Ciri khas meriam ini adalah kecepatan tembak (rate of fire) lebih tinggi daripada meriam anti kapal (satu fungsi/single purpose).

Pengawal kapal induk
Pasca Perang Dunia II, kapal perusak merupakan salah satu kapal yang terhindar dari kepunahan. Ini lantaran dengan biaya operasional lebih rendah daripada battleship, ia sudah bisa dipakai menangkal ancaman multidimensi. Permukaan, bawah permukaan, serta atas permukaan, semuanya bisa diatasi kapal perusak.

Berakhirnya perang dunia juga menandai munculnya trend baru dalam strategi pertempuran laut. Untuk menghantam target jarak jauh (over horizon target), meriam-meriam kaliber raksasa battleship sekarang tidak lagi sakti. Perannya digantikan oleh pesawat-pesawat tempur yang berbasis di kapal induk. Taktik perang maritim modern model ini sering dinamakan gugus tugas carrier battle group. Kapal perusak sendiri menjadi bagian dalam gugus tugas ini.

Menanggapi terobosan tadi, AS pernah berusaha untuk meracik kapal perusak varian baru, spesialis pengawal kapal induk. Kapal berbobot di atas 3.500 ton yang selesai tahun 1953-54 ini masuk ke dalam kelas Mitscher. Berbeda dengan kapal sejenis sebelumnya, Mitscher hanya mencomot arsenal yang tergolong ringan. Sebut saja diantaranya sepasang meriam otomatik dual purpose kaliber 127 mm, sepasang meriam ganda kaliber 75 mm, torpedo, hingga roket antikapal selam, Alfa. Untuk menghalau musuh yang lebih kuat, kapal perusak ini bergantung pada perlindungan pesawat tempur milik kapal induk.

Read more

Kapal Selam JEPANG tercanggih pada PD II Ditemukan


HAWAII - Dua kapal selam Angkatan Laut (AL) Jepang yang pembawa pasukan Jepang untuk membombardir Pearl Harbor, Amerika Serikat (AS), pada 1945 ditemukan di dasar laut Hawaii.

Kapal selam masa Perang Dunia (PD) II itu menyisakan cerita. Pada 1945, dua kapal selam milik AL Jepang itu berhasil direbut AL AS. Setahun berikutnya, Uni Soviet menuntut hak kepemilikan atas dua kapal selam ini.



AS tidak rela jika dua armada perang berteknologi canggih ini jatuh ke tangan mantan sekutunya, Uni Soviet. Maka, dua kapal selam bersejarah ini pun ditenggelamkan ke dasar samudera.

Maret 2005, tim penelusur kapal yang berasal dari National Atmospheric Administration menemukan satu dari dua kapal yang sengaja ditenggelamkan, The Imperial Japanese Navy's I-401.

Tahun ini, tim yang sama berhasil menemukan "saudara" kapal I- 401, yakni I-201. Kapal ini dirakit untuk membawa pasukan AL Jepang yang bertolak ke kawasan pesisir AS lewat jalur bawah laut.



I-401 mampu mengangkut 800 kg bom yang diletakkan di hanggar. Jika perintah peluncuran bom telah diteriakkan komandan kapal, maka bom akan dilontarkan dari alat pelanting yang telah disiapkan di dek kapal. Selain itu, kapal ini dilengkapi dengan pelampung khusus, sehingga kapal dapat mengapung di atas air.

Hingga kini, Jepang masih berhasrat untuk memiliki kembali I-201. Kapal ini mampu mengapung di atas permukaan air, dan dapat melontarkan tikus-tikus berpenyakit dan insektisida pembawa wabah kolera, demam berdarah, dan tifus.



Koordinator pusaka maritim dari Marine Sanctuaries, Kepulauan Pasifik, Dr Hans Van Tillburg menyatakan bahwa I-201 tidak ada duanya pada masa Perang Dunia II.

"Kapal ini memiliki bentuk yang kokoh. Selain itu, kapal dilengkapi dengan menara yang menjulang, dan senjata yang dapat tertarik ke dalam dan terdorong ke luar secara otomatis," ujarnya.

Tillburg menambahkan, dengan bentuk dan kecanggihan yang dimiliki I-201, kapal ini selayaknya kapal selam Perang Dingin. Kapal superior I-201 mampu mengangkut 144 pasukan dan melakukan perjalanan bawah laut sejauh 37.000 mil. Kapal ini berukuran tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kapal selam lain yang pernah berjaya pada masanya.

Sumber: http://international.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/11/19/18/277109/kapal-selam-pd-ii-ditemukan

Read more

Kapal Patroli



Desain

Desain kapal ini bermula dari kapal bersenjata kelas Ashville milik USA , dikemudian hari kapal ini dialihkan ke Korea Selatan dan menjadi Kapal kelas Baek Ku, kelas Baek Ku inilah yang dikembangkan oleh Korea Selatan dan menjadi KRI Mandau. Kapal ini didesain sebagai kapal serang berkecapatan tinggi , untuk mencapai itu maka badan kapal dibuat dari Aluminium sehingga bisa lebih ringan selain itu untuk mencapai kecepatan tinggi kapal ini dilengkapi dengan mesin gas turbin General Electric LM 1500 selain 2 buah mesin diesel untuk kecepatan rendah. Diharapkan dengan kombinasi ini , kapal mampu mencapai kecepatan 40 knot.
Persenjataan
Torpedo

Kapal ini tidak dilengkapi dengan torpedo dan persenjataan anti-kapal selam lainnya.
Peluru kendali

Awalnya KRI Mandau menggunakan Rudal Aerospatiale MM-38 Exocet sebanyak 4 pucuk (2 x 2), yang memiliki jangkauan maksimum 42 km (23 mil laut) dengan kecepatan 0,9 mach, berhulu ledak 165 kg, berpemandu active radar homing, bersifat jelajah inersia, sea-skimmer. Sejak ada kerja sama alih teknologi dengan China Exocet maka mulai diganti dengan rudal C-802 buatan SACCADE.[1]
[sunting] Meriam

* Meriam Bofors 57 mm/70 : 1 pucuk, kecepatan tembakan 200 rpm, berjangkauan
maksimum 17 km (9,3 mil laut) dengan berat amunisi 2,4 kg, anti kapal, pesawat
udara, helikopter, rudal balistik, rudal anti kapal, berpemandu tembakan
Signaal WM28.
* Meriam Bofors 40 mm/70: 1 pucuk, kecepatan tembakan 300 rpm, dengan jangkauan
maksimum 12 km (6,6 mil laut) dengan berat amunisi 0,96 kg, anti kapal,
pesawat udara, helikopter, rudal balistik, rudal anti kapal.
* Kanon Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20 mm: 2 pucuk, kecepatan
tembakan 1000 rpm, dengan jangkauan efektif 2 km dengan berat amunisi 0,24 kg,
anti pesawat udara, helikopter.[1]

Sensor dan senjata elektronik
Radar dan sonar
Wiki letter w.svg Bagian ini membutuhkan pengembangan
Pengumpan
Wiki letter w.svg Bagian ini membutuhkan pengembangan
Tenaga penggerak

Kapal ini digerakan oleh 2 buah mesin diesel dan sebuah mesin turbin . Mesin Diesel digunakan saat kecepatan rendah atau menghemat BBM sedangkan mesin turbin digunakan bila kapal ingin mencapai kecepatan maksimal dengan konsekuensi bahan bakar menjadi lebih boros.









Read more

Kapal Layar Terbesar di Dunia


Kapal layar yang terbesar di dunia kini telah direncanakan peluncurannya oleh Star Clippers. Kapal layar bertiang lima ini rencananya akan mulai beroperasi pada tahun 2010 nanti. Kapal ini berbobot 7.400 gross ton, sedangkan kapal layer terbesar di dunia sebelumnya yaitu France II yang diluncirkan pada tahun 1912 hanya memiliki berat 5.000 grosston. Kapal yang akan menjadi kapal layar terbesar dan termahal ini memiliki panjang 518 kaki (157 m), lebar 61 kaki (18,5 m), tinggi 20 kaki (6 m ) dan geladak atas seluas 8.200 kaki2 (2.500 m2). Kapal ini memiliki 37 layar dengan total luas 68.350 kaki2 (6.350 m2). Tiangnya akan menjulang setinggi 217 kaki (65 m) di atas garis air.

Meskipun memiliki luas yang 48% lebih besar dari kapal layar terbesar di dunia sebelumnya, kapal ini hanya dapat mengangkut penumpang 30% lebih banyak, dengan kapasitas 296 orang penumpang dan 140 orang awak kapal. Kapal ini didesain khusus sehingga dapat menambatkan diri secara independen pada pelabuhan manapun. Kapal ini dilengkapi dengan lambung berkelas Ice Class C, jangkar ekstra berat, dan sistem pengatur kelembaban khusus, sehingga kapal ini akan dapat berlayar ke belahan dunia manapun.

Kapal yang tengah dibangun ini dirancang untuk memiliki spesifikasi ramah lingkungan serta tingkat keamanan dan kemananan yang tinggi, dengan sertifikasi kualitas dari Det Norske Veritas. Sistem penggerak kapal ini menggunakan dua mesin diesel listrik berjenis Caterpilar. Pembakaran generator kapal ini menghasilkan gas dengan konsentrasi sulfur yang rendah.

Read more

Jenis Kapal Pelayaran

1.Kapal pesiar


Kapal pesiar (bahasa Inggris: cruise ship atau cruise liner) adalah kapal penumpang yang dipakai untuk pelayaran pesiar. Penumpang menaiki kapal pesiar untuk menikmati waktu yang dihabiskan di atas kapal yang dilengkapi fasilitas penginapan dan perlengkapan bagaikan hotel berbintang. Sebagian kapal pesiar memiliki rute pelayaran yang selalu kembali ke pelabuhan asal keberangkatan. Lama pelayaran pesiar bisa berbeda-beda, mulai dari beberapa hari sampai sekitar tiga bulan tidak kembali ke pelabuhan asal keberangkatan.

Kapal pesiar berbeda dengan kapal samudra (ocean liner) yang melakukan rute pelayaran reguler di laut terbuka, kadang antar benua, dan mengantarkan penumpang dari satu titik keberangkatan ke titik tujuan yang lain. Kapal yang lebih kecil dan sarat air kapal yang lebih rendah digunakan sebagai kapal pesiar sungai.


2.Kapal penumpang

Kapal penumpang adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang. Untuk meningkatkan effisiensi atau melayani keperluan yang lebih luas kapal penumpang dapat berupa kapal Ro-Ro, ataupun untuk perjalanan pendek terjadwal dalam bentuk kapal feri.

Di Indonesia perusahaan yang mengoperasikan kapal penumpang adalah PT. Pelayaran Nasional Indonesia yang dikenal sebagai PELNI, sedang kapal Ro-Ro penumpang dan kendaraan dioperasikan oleh PT ASDP, PT Dharma Lautan Utama, PT Jembatan Madura dan berbagai perusahaan pelayaran lainnya.




3.Kapal Ro-Ro

Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan masuk kedalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri juga sehingga disebut sebagai kapal roll on – roll off disingkat Ro-Ro, untuk itu kapal dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan dengan moveble bridge atau dermaga apung ke dermaga.

Kapal Roro selain digunakan untuk angkutan truk juga digunakan untuk mengangkut mobil penumpang, sepeda motor serta penumpang jalan kaki. Angkutan ini merupakan pilihan populer antara Jawa dengan Sumatera di Merak – Bakauheni, antara Jawa dengan Madura dan antara Jawa dengan Bali




4.Kapal barang

Kapal barang atau kapal kargo adalah segala jenis kapal yang membawa barang-barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Ribuan kapal jenis ini menyusuri lautan dan samudra dunia setiap tahunnya – memuat barang-barang perdagangan internasional. Kapal kargo pada umumnya didesain khusus untuk tugasnya, dilengkapi dengan crane dan mekanisme lainnya untuk bongkar muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran.

Jenis-jenis pengangkutan kargo termasuk kapal kontainer dan pengangkutan massal.

Catatan terawal mengenai aktivitas pengangkutan laut menyebut pengangkutan barang-barang untuk perdagangan; bukti-bukti sejarah dan arkeologi membuktikan bahwa kegiatan ini sudah meluas pada awal abad ke-1 SM. Keinginan untuk mengoperasikan rute perdagangan untuk jarak yang lebih jauh dan pada lebih banyak musim memotivasi perbaikan dalam desain kapal pada masa Zaman Pertengahan.

Sebelum pertengahn abad ke-19, kasus-kasus pembajakan mengakibatkan kapal-kapal harus dipersenjatai, kadang dengan berat, seperti pada kasus Galleon Manila dan East Indiamen.

Pembajakan masih sering terjadi di lautan sekitar Asia, terutamanya di Selat Malaka. Pada tahun 2004, pemerintah negara-negara yang berbatasan dengan selat ini – Singapura, Indonesia dan Malaysia setuju untuk memberikan perlindungan lebih kepada kapal-kapal yang melintasi selat tersebut.



5.Kapal tanker

Kapal tanker ialah kapal yang dirancang untuk mengangkut minyak atau produk turunannya. Jenis utama kapal tanker termasuk tanker minyak, tanker kimia, dan pengangkut LNG.

Di antara berbagai jenis kapal tanker, supertanker dirancang untuk mengangkut minyak sekitar Tanduk Afrika dan Timur Tengah. Supertanker Knock Nevis adalah pengangkut terbesar di dunia.

Di samping mengangkut pipa saluran, kapal tanker juga kendaraan untuk mengangkut minyak mentah, yang terkadang dapat menimbulkan malapetaka lingkungan akibat tumpahan minyaknya ke laut. Untuk malapetaka yang terkenal yang diakibatkan oleh kapal tanker, lihat Torrey Canyon, Exxon Valdez, Amoco Cadiz, Erika, Prestige.

Berikut adalah pengelompokan kapal tanker menurut kapasitasnya:

* ULCC (Ultra Large Crude Carrier), berkapasitas 500.000 ton
* VLCC (Very Large Crude Carrier/Malaccamax), berkapasitas 300.000 ton
* Suezmax, yang dapat melintasi Terusan Suez dalam muatan pnuh, berkapasitas
125.000-200.000 to
* Aframax (Average Freight Rate Assessment) berkapasitas 80.000-125.000 ton
* Panamax, yang dapat melintasi pintu di Terusan Panamá, berkapasitas
50.000-79.000 ton.



6.Kapal tunda

Kapal tunda adalah kapal yang dapat digunakan untuk melakukan manuver / pergerakan, utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Kapal tunda digunakan pula untuk menarik tongkang, kapal rusak, dan peralatan lainnya.

Kapal tunda memiliki tenaga yang besar bila dibandingkan dengan ukurannya. Kapal tunda zaman dulu menggunakan mesin uap, saat ini menggunakan mesin diesel. Mesin Induk kapal tunda biasanya berkekuatan antara 750 sampai 3000 tenaga kuda (500 s.d. 2000 kW), tetapi kapal yang lebih besar (digunakan di laut lepas) dapat berkekuatan sampai 25 000 tenaga kuda (20 000 kW). Kebanyakan mesin yang digunakan sama dengan mesin kereta api, tetapi di kapal menggerakkan baling-baling. Dan untuk keselamatan biasanya digunakan minimum dua buah mesin induk.

Kapal tunda memiliki kemampuan manuver yang tinggi, tergantung dari unit penggerak. Kapal Tunda dengan penggerak konvensional memiliki baling-baling di belakang, efisien untuk menarik kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Jenis penggerak lainnya sering disebut Schottel propulsion system (azimuth thruster/Z-peller) di mana baling-baling di bawah kapal dapat bergerak 360° atau sistem propulsi Voith-Schneider yang menggunakan semacam pisau di bawah kapal yang dapat membuat kapal berputar 360°.
Jenis kapal tunda

1. Kapal tunda konvensional / Towing or Pusher Tug
2. Kapal tunda serbaguna / Utility Tug
3. Kapal tunda pelabuhan / Harbour Tug



7.Kapal peti kemas

Kapal peti kemas (Inggris: containership) adalah kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar. Peti kemas diangkat ke atas kapal di terminal peti kemas dengan menggunakan kran khusus, yang dapat dilakukan dengan cepat.

8.Kapal keruk

Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering disebut dredger merupakan kapal yang memiliki peralatan khusus untuk melakukan pengerukan. Kapal ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan, baik dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun industri lepas pantai, agar dapat bekerja sebagaimana halnya alat-alat levelling yang ada di darat seperti excavator dan Buldoser.

Ada beberapa jenis kapal keruk diantaranya adalah:
Trailing suction hopper dredger

Trailling suction hopper dredger

Sebuah trailing suction hopper dredger atau TSHD menyeret pipa penghisap ketika bekerja, dan mengisi material yang diisap tersebut ke satu atau beberapa penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika penampung suda penuh, TSHD akan berlayar ke lokasi pembuangan dan membuang material tersebut melalui pintu yang ada di bawah kapal atau dapat pula memompa material tersebut ke luar kapal. TSHD terbesar di dunia adalah milik perusahaan Belgia yaitu Jan De Nul TSHD. Vasco Da Gama (33.000 m3 penampung, 37,060 kW total tenaga yang ada) dan perusahaan Belanda Boskalis TSHD. W.D. Fairway (35.000 m3 penampung).

PT Pengerukan Indonesia memiliki pula kapal keruk jenis ini seperti TSHD. Halmahera dan TSHD. Irian Jaya. Digunakan untuk melakukan maintenance dredging di pelabuhan-pelabuhan seluruh Indonesia.

Read more

kapal pengangkut pesawat


pemikiran menggunakan pesawat yang ditarik kapal selam
untuk penyusupan dan penyerangan terhadap kapal-kapal musuh telah
dikembangkan dan diuji oleh beberapa negara kelautan. Namun konsep
Yamamoto untuk menggunakan siluman kapal selam sebagai sarana mengirim
serangan udara ke sasaran darat strategis betul-betul pemikiran baru.

Sejarah Jepang berspekulasi bahwa visi Yamamoto atas kenkon itteki
mencakup target lain seperti New York atau Washington D.C. Namun saat
proyek tengah berjalan, AL menetapkan sasaran yang lebih pragmatis:
Terusan Panama. Satu kali serangan yang sukses terhadap sasaran ini
dapat mencegah armada Atlantik menyeberang ke Pasifik.

Kekuatan serangan pesawat yang lepas landas dari bawah air, akan
diluncurkan dari Teluk Panama ke Laut Karibia pada ketinggian rendah.
Lalu mengejutkan pertahanan AS dengan mendekat dari sisi Atlantik.
Selanjutnya bom Gatun Locks dilepaskan. Bom ini akan melumpuhkan kanal
selama enam bulan.

Awal 1942, Divisi kapal selam Ships Command Headquarter dan Kugisho
(Biro Teknik Udara) Mabes Komando Udara mulai mengerjakan kapal selam
pengangkut dan pesawat penyerang yang dapat diluncurkan dari dalamnya.
Para insinyur mengembangkan dua kelas kapal selam pengangkut yang
disebut sen-toku, atau kapal selam tipe khusus. Sebuah kapal selam
kelas I-13 dengan permukaan berkapasitas 3.603 ton dan memiliki
jangkauan sejauh 37.500 mil laut. Yang lebih besar, I-400, sepanjang
400 kaki, berkapasitas permukaan 5.223 ton dan memiliki jangkauan
37.500 mil laut. Masing-masing dirancang untuk membawa dua pesawat di
hanggar tabung pada lambung kapal. Namun tipe I-400 direvisi hingga
mampu memuat tiga pesawat. Pesawat yang dipilih adalah eksperimental
M6A1 dan dijuluki Seiran.



Kepala proyek mempercayakan pada kepala perancang Aichi, Toshio Ozaki,
dan Kepala Pilot Uji Kugisho, Letnan Komandan Tadashi Funada. Upaya
merancang pesawat penyerang besar berperforma tinggi yang dapat dimuat
di hangar dalam kapal selam sungguh suatu usaha khusus. Namun yang
lebih kritis adalah pertimbangan desain yang memungkinkan awak
meluncurkan pesawat dalam waktu singkat saat kapal muncul ke
permukaan. Kepelikan operasi dan keterbatasan ruang dek bagi awak
tidak hanya butuh otomatisasi tapi juga inovasi cerdas.

Ozaki sudah menetapkan pesawat disiapkan tanpa roda pendarat untuk
mendapatkan kecepatan dan jangkauan maksimum. Setelah misi, awak akan
terbang kembali ke kapal selam dan meninggalkan pesawat untuk kemudian
diselamatkan. Di awal pengkajian rancangan pesawat, sepasang pelampung
ditambahkan sebagai pilihan. Ini berdasar pemikiran bahwa pesawat bisa
melakukan beberapa kali serangan atas sasaran yang kurang signifikan
sebelum satu misi final.

Pelampung juga memungkinkan latihan terbang dari landasan pesawat
amfibi dan kapal selam. Kapal selam dilengkapi katrol untuk menarik
pesawat setelah mendarat. Pemikiran menghilangkan pelampung dari
pesawat sempat dipertimbangkan dalam perancangan, namun tidak pernah
diterapkan.





Dua dari delapan prototipe dibangun dengan tuas manual roda pendarat
yang dapat ditarik. Prototipe berbasis daratan ini dibuat untuk
mendapatkan karakteristik pesawat tanpa pelampung. Selain itu juga
untuk melatih awak di Terusan Panama tiruan. Kedua M6A1-K, Shi-Sei
Seiran-Kai, diberi nama Nanzan (gunung Selatan) untuk membedakan
dengan versi berbasis laut.

Rancangan inovasi Aichi M6A1 menjadi salah satu pesawat perang Jepang
yang paling maju dan kompleks. Pesawat ini bisa jadi salah satu yang
paling tidak diketahui oleh intel militer asing saat itu. Bahkan juga
bagi mereka yang berminat dengan teknik dan sejarah, hingga sekarang.
Proyek ini sangat rahasia dan tertutup dengan baik. Intel Sekutu hanya
tahu sedikit sekali soal Seiran hingga tidak diberi kode bahasa Inggris.

Proyek dibangun di gedung pemasangan pesawat eksperimental yang
terletak di pojok lahan Aichi Eitoku di tepi sungai. Tempat ini bisa
dibilang layaknya Skunk Works Lockheed. Latihan dilakukan menyebar di
pangkalan-pangkalan rahasia.





Laporan Allied Air Technical Intelligence Center (Pusat Intelijen
Teknik Udara Sekutu) tahun 1944 yang sekarang sudah terbuka,
membenarkan bahwa Sekutu menyadari keberadaan pesawat "kelas 330 mph"
bernama M6A1 atau Seiran (saat itu diterjemahkan sebagai "udara
cerah"). Gambaran setengah halaman itu mencatat kalau pesawat tersebut
"rancangan tidak biasa" dan "untuk penggunaan kapal selam". Tidak ada
tulisan yang memberikan petunjuk jenis pesawat kecuali bahwa itu
adalah pesawat khusus buatan Aichi. Intel Sekutu jelas sekali tidak
punya petunjuk soal rencana Yamamoto



Diluncurkan dengan katapel

Di penghujung era 2000-an, kenangan pribadi dan wawancara terhadap
personel AL Kekaisaran Jepang yang terlibat dalam proyek Seiran dan
sen-toku mulai muncul di berbagai publikasi Jepang. Ini didukung
dengan kenangan dan jurnal oleh tentara Amerika di lokasi, tepat
sesudah perang. Kesaksian ini secara kolektif menghasilkan pemahaman
sejarah atas perkembangan dan kejatuhan satuan kekuatan khusus yang
mencoba mewujudkan visi Yamamoto.

Meski dilengkapi ketahanan dan jangkauan luas, misi serangan dari laut
ini tetap mempertahankan kecepatan maksimum. Ini sangat kritis bagi
kesuksesan misi all or nothing karena berguna untuk mengelak dari
pesawat pencegat. Tanpa pelampung, pesawat memiliki kecepatan maksimum
348 mph. Ini dapat dibandingkan dengan kecepatan top pesawat tempur
sekelas Grumman F6F Hellcat: 380 mph. Bahkan dengan pelampung
terpasang, Seiran bertahan pada kecepatan maksimum normal 295 mph pada
ketinggian 17.160 kaki meskipun tidak dapat melampaui pesawat tempur
kebanyakan.

Mesin Atsuta bertipe 31 atau 32 berpendingin air, dengan tingkat V-12
pada 1.340 tenaga kuda (1.400 hp maksimum), diproduksi oleh Aichi
berdasar Daimler-Benz DB601A buatan Jerman. Berdasarkan standar
Hamilton, baling-baling tepat masuk diameter bagian dalam tabung
hangar kapal selam. Hangar kapal selam memiliki fasilitas untuk
memanaskan pendingin mesin dan oli pelumas. Dengan memompa oli ke
dalam mesin sebelum meluncur, mesin dapat dipanaskan tanpa harus
dinyalakan.

Berikutnya adalah tugas memasukkan pesawat ke dalam tabung hangar
berdiameter 11,5 kaki. Salah satu insinyur Ozaki mengemukakan ide
untuk memutar sayap sejauh 90 derajat dengan memutar kotak sayap dan
melipatnya ke belakang menuju sisi badan. Proses membuka lipatan sayap
dan menghubungkan kontrol permukaan dan bahan bakar dari tangki sayap
ini harus dilakukan dalam hitungan detik. Perhitungan ini berdasarkan
waktu persiapan pesawat standar yang hanya tiga-empat menit.
Pengoperasian dilakukan oleh empat awak di dek yang bertugas
meluncurkan pesawat. Mekanisme hidrolik sayap lipat menggunakan tenaga
dari hanggar kapal selam.



Karena dimaksudkan untuk pengebom tukik, pesawat dilengkapi dengan
aerodynamic dive brake untuk mengontrol kecepatan dan sudut tukik. Tim
Ozaki menerapkan desain double-slot yang mengkombinasikan flap dengan
dive brake. Ide ini berhasil dikembangkan Aichi untuk pengebom
penyerang berbasis kapal induk, B7A2 Ryusei (Sekutu memberi kode
Grace). Flap kombinasi ini berguna untuk merendahkan kecepatan
mendarat ke 78 mph.

Untuk serangan tunggal, AL Jepang tidak main-main. Bom dipilihkan yang
terbesar yaitu bom multifungsi seberat 1.764 pon dengan hulu ledak
mampu menembus baja atau torpedo seberat 1.808 pon. Tugas utama
navigator adalah mengatur ketepatan navigasi atas sasaran dan kapal
selam. Navigator petembak ini duduk di kursi berpenopang. Panelnya
dilengkapi satu set peralatan navigasi dan komunikasi, jauh lebih baik
dari kebanyakan bomber bermesin satu milik Jepang.

Di atas kapal selam, pesawat ditambatkan pada empat titik sangkutan ke
sebuah "gerobak" yang digulirkan di atas rel untuk naik ke katapel
yang akan digunakan sebagai peluncur. Pada saat katapel berdaya lontar
69 kaki memukul, pesawat terpisah dari gerobak dan terbang. Gerobak
peluncur dilengkapi struktur penopang sehingga pesawat berada pada
posisi jongkok selama di tabung hangar. Saat menggelinding keluar
tabung ke rel katapel, hidung pesawat diarahkan ke sudut lebih tinggi
selama peluncuran. Pesawat berpelampung diluncurkan dengan cara yang sama.







Dalam perkembangannya, pilot Tadashi Funada dan asisten pilot Yukitaka
Murakami, dilatih dan merasakan pengalaman yang belum pernah mereka
dapat: terbang misi pengintaian dengan pesawat terapung bukan
pengebom. Begitu juga komandan skadron, Letnan Atsushi Asamura dan
seluruh pilot yang ditugasi. Waktu yang terbatas membuat unit
mengabaikan penggunaan torpedo. Lebih jauh, dalam pelatihan dan
rencana misi, hanya tukikan dangkal yang diterapkan dalam penyerangan
untuk mendapatkan tingkat akurasi yang baik sesuai keahlian pilot yang
terbatas. Ini ironis karena Seiran adalah satu dari sedikit pesawat di
dunia yang dirancang berkemampuan menyerang dengan torpedo dan cara
menukik. Selain menjadi pesawat penyerang berawak pertama yang
diluncurkan dari kapal selam dan mungkin yang terakhir.
__________________
Wenn Freiheit ist die Abkürzung von Waffen, wir müssen, mit Willenskraft.
-Adolf Hitler-

Read more


Sampai periode awal tahun 90-an, TNI-AL masih cukup membanggakan bila dilihat dari arsenal tempurnya, salah satu indikatornya hingga masa itu hanya Indonesia satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki armada kapal selam. Dominasi armada kapal selam Indonesia di kawasan Asia Tenggara telah dimulai sejak era tahun 60-an, dimana saat itu TNI-AL mengoperasikan 12 unit kapal selam kelas Whiskey buatan Rusia.

Tapi lain dulu lain sekarang, dominasi Indonesia dalam armada kapal selam telah tumbang, pasalnya Singapura dan Malaysia kini sudah mempunyai armada kapal selam dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari yang dimiliki TNI-AL. Singapura negeri super kecil ini justru telah punya 4 unit kapal selam kelas Sjoormen buatan Swedia, sedang Malaysia kini juga memiliki 2 unit kapal selam kelas Scorpene buatan Prancis.



Meski tak lagi jadi ”pemain” yang dominan di kawasan Asia Tenggara, kekuatan armada kapal selam TNI-AL masih cukup disegani, walau hanya memiliki 2 unit kapal selam saja. Tumpuan TNI-AL yakni kapal selam dari type 209/1300 yang dibuat oleh galangan kapal Howaldtswerke di Kiel, kawasan Jerman Barat. Type 209 TNI-AL mulai dipesan Indonesia pada tahun 1977, dan baru pada tahun 1981 mulai bertugas memperkuat armada TNI-AL dengan panggalannya di Lanal Dermaga Ujung, Surabaya.


Kedua kapal diberi nama KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402). Angka 4 menunjukkan identifikasi divisi kapal selam. Sebelumnya di era tahun 60an, TNI-AL juga menggunakan kode yang sama untuk identifikasi 12 unit kapal selamnya. Untuk kemudahan identifikasi, kedua kapal disebut sebagai kapal selam kelas Cakra.

Kapal selam type 209 terbilang cukup laris di pasar internasional, salah satu prestasi kapal jenis ini mampu mengusik gugus tempur angkatan laut Inggris saat perang Malvinas di Atlantik Selatan. Setelah menembakan torpedo yang sayangnya tak meledak, type 209 Argentina berhasil lolos dari upaya sergapan setelah 60 hari kucing-kucingan, dan bisa kembali ke pangkalan dengan selamat.



KRI Cakra digerakan oleh motor listrik Siemens jenis low-speed yang disalurkan langsung (tanpa gear pengurang putaran) melalui sebuah shaft ke baling-baling kapal. Total daya yang dikirim adalah 5000 shp (shaft horse power), tenaga motor listrik datang dari baterai-baterai besar yang beratnya sekitar 25% dari berat kapal, baterai dibuat oleh Varta (low power) dan Hagen (Hi-power). Tenaga baterai diisi oleh generator yang diputar 4 buah mesin diesel MTU jenis supercharged.



Saat menyelam kapal selam menggunakan tenaga listrik, hal ini membuat pengoperasinnya bebas bising, senyap sehingga tak mudah terdeteksi sonar dari kapal musuh. Saat kapal berada di permukaan baru diaktifkan mesin disel, sekaligus tahap untuk proses re charging baterai.

Persenjataan KRI Cakra terdiri dari 14 buat torpedo SUT (surface and underwater torpedo) 21 inchi buatan AEG dalam delapan tabung. Torpedo jenis ini dapat dikendalikan secara remote. KRI Cakra dan Nanggla juga kerap digunakan untuk menunjang misi intelijen dan observasi. Dalam beberapa kesempatan, kapal selam ini juga digunakan sebagai wahana transportasi bagi pasukan katak. Seorang pasukan katak dapat dilontarkan dari lubang tabung torpedo, sangat pas untuk misi infiltrasi.




Keberadaan kapal selam tak bisa dilepaskan dari fungsi periskop, KRI Cakra mengandalkan periskop dengan lensa buatan carl zeiss. Sedang untuk snorkel dibuat oleh Maschinenbau Gabler, keduanya merupakan pabrikan asal Jerman. Secara teknis KRI Cakra memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot. Diawaki oleh 34 pelaut. Mampu menyelam hingga kedalam 500 meter. Sonar yang digunakan adalah jenis CSU-3-2 suite.








Karena hanya memiliki 2 unit kapal selam, pengoperasiannya dilakukan secara bergantian. Jumlah 2 unit tentu jauh dari ideal untuk mengamankan wilayah laut Indonesia. Secara hitung-hitungan, paling tidak Indonesia butuh 12 unit kapal selam. Indonesia sebelumnya pernah berencana untuk membeli type 209 kelas Chang Bo Go buatan Daewoo, produk lisensi dari Korea Selatan. Kabarnya juga pernah tertarik untuk membeli kapal selam Rusia kelas Kilo. Tapi semua hanya sebatas rencana hingga kini, realisasinya masih terganjal anggaran. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Teknis Kapal Selam Type 209
1100 1200 1300 1400 1500
Displacement (submerged) 1,207 t 1,285 t 1,390 t 1,586 t 1,810 t
Dimensions 54.1×6.2×5.9 m 55.9×6.3×5.5 m 59.5×6.2×5.5 m 61.2×6.25×5.5 m 64.4×6.5×6.2 m
Propulsion Diesel-electric, 4 diesels, 1 shaft
5000 shp 6,100 shp (4,500 kW)
Speed (surface) 11 knots (20 km/h) 11.5 knots
Speed (submerged) 21.5 knots 22 knots 22.5 knots
Range (surface) 11,000 nmi (20,000 km) at 10 knots (20 km/h)
Range (snorkel) 8,000 nmi (15,000 km) at 10 knots (20 km/h)
Range (submerged) 400 nmi (700 km) at 4 knots (7 km/h)
Endurance 50 days
Maximum depth 500 m
Armament 8x 553 mm torpedo tubes

* 14 torpedoes
* Optional UGM-84 Harpoon integration

Crew 31 33 30

Read more

KRI Fatahilah, Frigat Modern dari Era 80an


Sebagai bangsa maritim, sudah seyogyanya kita memiliki angkatan laut yang mumpuni. Tidak hanya bicara soal kualitas dan kuantitas persenjataan, tapi sudah sepatutnya kita mempunyai arsenal persenjataan yang bisa menggetarkan nyali lawan. Hal inilah yang dahulu begitu dibanggakan bangsa Indonesia di era tahun-60an. Selain punya armada angkatan udara yang terkuat se Asia Tenggara, Angkatan Laut (TNI-AL) dikala itu memiliki kapal perang tipe penjelajah ringan buatan Uni Soviet.

Hingga kini pun belum ada satu negara di Asia Tenggara yang pernah memiliki kapal penjelajah selain Indonesia. Kapal penjelajah legendaris itu adalah KRI Irian, yang sengaja didatangkan pemerintah Indonesia dalam rangka pembebasan Irian Barat (Papua). Berikut petikan profil KRI Irian yang diperolah dari sumber wikipedia.org.



KRI Irian adalah Kapal penjelajah kelas Sverdlov dengan kode penamaan soviet Project 68-bis. Kapal jenis ini adalah Kapal Penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari Penjelajah Kelas Chapayev.

Kapal ini dibuat di Admiralty Yard, Leningrad.Peletakan lunas pertama dilakukan pada tanggal 9 Oktober 1949, kapal diluncurkan pada tanggal 17 September 1950, dan pertamakali kapal dioperasikan pada tanggal 30 Juni 1952

Pada 11 Januari 1961 Pemerintah Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada Central Design Bureau #17 untuk memodifikasi Ordzhonikidze supaya ideal beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar dilakukan untuk membuat kapal ini bisa beroperasi pada suhu +40°C, kelembapan 95%, dan temperatur air +30°C.

Tetapi perwakilan dari Angkatan Laut Indonesia yang kemudian mengunjungi kota Baltiisk menyatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk menanggung biaya proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi dialihkan untuk instalasi genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan ventilator tambahan.




Pada 14 Februari 1961 Kapal ini tiba di Sevastopol dan pada 5 April 1962 kapal ini memulai ujicoba lautnya. Pada saat itu Kru Indonesia untuk kapal ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal. Mekanik kapal ini Bapak Yatijan, di kemudian hari menjadi Kepala Departemen Teknik ALRI. Begitu juga banyak dari pelaut yang lain, di kemudian hari banyak yang mampu menduduki posisi penting.

Datang ke Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan keluar dari kedinasan AL Soviet pada 24 Januari 1963. Tidak pernah Uni Soviet menjual kapal dengan bobot seberat ini kepada negara lain kecuali kepada Indonesia. ALRI yang belum pernah mempunyai armada sendiri sebelumnya, belajar untuk mengoperasikan kapal-kapal canggih dan mahal ini dengan cara trial and error / coba-coba. Pada November 1962 tercatat sebuah mesin diesel kapal selam rusak karena benturan hirolis saat naik ke permukaan, sebuah destroyer rusak dan 3 dari 6 boiler KRI Irian rusak. Suhu yang panas dan kelembapan tinggi berefek negatif terhadap armada ALRI, akibatnya banyak peralatan yang tidak bisa dioperasikan secara optimal. Di lain pihak kehadiran kapal ini membuat AL Belanda secara drastis mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat.





Pada 1964 Kapal Penjelajah ini sudah benar-benar kehilangan efisiensi operasionalnya dan diputuskan untuk mengirim KRI Irian ke Vladivostok untuk perbaikan. Pada Maret 1964 KRI Irian sampai di Pabrik Dalzavod. Para pelaut dan teknisi Soviet terkejut melihat kondisi kapal dan banyaknya perbaikan kecil yang seharusnya sudah dilakukan oleh para awak kapal ternyata tidak dilakukan. Mereka juga tertarik dengan sedikit modifikasi yang dilakukan ALRI yaitu mengubah ruang pakaian menjadi ruang ibadah (sesuatu yang tidak mungkin terjadi di negara komunis).

Setelah perbaikan selesai pada Agustus 1964 kapal menuju Surabaya dengan dikawal Destroyer AL Soviet. Setahun kemudian (1965) terjadi pergantian pemerintahan. Kekuasaan pemerintah praktis berada di tangan Soeharto. Perhatian Soeharto terhadap ALRI sangat berbeda dibandingkan Sukarno. Kapal ini dibiarkan terbengkelai di Surabaya, bahkan terkadang digunakan sebagai penjara bagi lawan politik Soeharto.

Terdapat beberapa versi tentang riwayat KRI Irian setelah peristiwa G30S.

Versi pertama menyebutkan bahwa pada tahun 1970, KRI Irian sudah sedemikian parah terbengkalai hingga mulai terisi air. Tidak ada orang yang peduli untuk menyelamatkan Kapal Penjelajah ini. Sehingga pada masa Laksamana Sudomo menjabat sebagai KSAL maka KRI Irian dibesituakan (scrap) di Taiwan pada tahun 1972 dengan alasan kekurangan komponen suku cadang kronis.



Versi kedua, menurut Hendro Subroto, kapal perang yang dibuat hanya empat buah ini di jual ke Jepang setelah persenjataannya dipreteli. “Padahal di Tanjung Priok masih terdapat dua gudang suku cadang. Tapi karena perawatan sebelumnya di tangani orang Rusia, selepas Gestapu, kita tidak punya teknisi lagi,” menurut Hendro.

Lapisan baja Pelindung

Dalam satuan mm:

* Sabuk lapis baja utama : 100 mm
* Buritan : 32 mm
* Dek : 50 mm
* Rumah Dek : 130 mm
* Tempurung meriam utama : 175 mm

Peralatan Elektronik

* Radar:
o Radar Pencari udara Gyus-2
o Radar pencari permukaan laut Ryf
o Radar navigasi Neptun
* Sonar:
o Tamir-5N dipasang di hull
* Lain-lain:
o Machta ECM (electronic Counter Measures)

Senjata artileri KRI Irian

Senjata utama dari KRI Irian adalah buah 4 turret, dimana setiap turret berisi 3 meriam berukuran 6 inchi. Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya.[2]
Pemandanagn lain dari RI Irian.

* 10 Tabung Torpedo anti-Kapal selam kaliber 533 mm
* 12 Buah Kanon tipe 57 cal B-38 Kaliber 15.2 cm (6 depan, 6 Belakang)
* 12 Buah Kanon ganda tipe 56 cal Model 1934 6 (twin) SM-5-1 mounts Kaliber 10 cm
* 32 Buah Kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm
* 4 Buah triple gun Mk5-bis turrets kaliber 20 mm (untuk keperluan anti-Serangan udara)

Tenaga penggerak

Sebagai tenaga penggerak, KRI Irian mengandalkan 2 buah turbin uap TB-72 yang mendapat pasokan uap dari 6 buah Pendidih KV-68 dan disalurkan melalui 2 buah shaft.

Tenaga total yang tersedia adalah sekitar 110.000 hp sampai 122.000 hp pada kedua shaft, tenaga ini mampu membuat kapal 13.600 ton ini mencapai kecepatan maksimum 32,5 knot. Sedangkan jarak maksimum yang bisa ditempuh adalah 9000 mil laut dengan kecepatan konstan 18 knot.[2]

Jumlah awak kapal
Kapal ini dapat memuat 1.270 awak kapal, termasuk 60 orang perwira, 75 perwira pengawas, 154 perwira pertama.

Read more

KRI Arun : Kapal Tanker Terbesar TNI-AL


Dalam sebuah misi tempur dan patroli jarak jauh sudah umum bila terdapat unit kapal tanker pada iringan konvoi. Keberadaan kapal tanker mutlak diperlukan sebagai elemen pendukung logistik dan bahan bakar untuk kapal perang lainnya, seperti korvet, fregat, LST (landing ship tank) dan kapal selam. Dengan adanya kapal tanker, menjadikan unsur kapal perang yang sedang melakukan operasi tidak perlu kembali ke pangkalan untuk pemenuhan kebutuhan logistik dan bahan bakar.

TNI-AL sebagai salah satu angkatan laut terkuat di Asia Tenggara sudah barang tentu mempunyai satuan kapal tanker. Dalam TNI-AL, armada tanker disebut sebagai kapal jenis BCM (Bantuan Cair Minyak). Nah, kapal tanker terbesar yang kini dimiliki TNI-AL adalah KRI Arun bernomer lambung 903. KRI Arun dalam operasionalnya berada di bawah komando Armada RI Kawasan Timur.
















Dilihat dari sosoknya, KRI Arun memang terbilang berukuran besar ketimbang jenis kapal perang lainnya. KRI Arun mulai memperkuat TNI-AL sejak tahun 1992, sebelumnya KRI Arun adalah bernama RFA Green Rover dengan nomer lambung A268. RFA (Royal Fleet Auxiliary) adalah satuan kapal tanker dari angkatan laut kerajaan Inggris. RFA Green Rover dibuat oleh galangan Swan Hunter pada tahun 1969 untuk Royal Navy.







Namun dalam kelas kapal tanker, KRI Arun termasuk dalam kelas kapal tanker ringan. Tugas yang diemban yakni menyalurkan bahan bakar, bahan pelumas, air tawar, bahan makanan dan amunisi. KRI Arun dapat memuat sampai 22.000 meter kubik bahan bakar solar dan 3.800 mater kubik bahan bakar Avtur untuk pesawat terbang dan helikopter. Kapal ini mampu melakukan pengisian bahan bakar saat melaju di laut langsung kepada dua kapal perang.














Ciri lain dari kehandalan KRI Arun yakni memiliki landasan helipad yang berukuran cukup besar. Helikopter berat sekelas Super Puma dan Sea King pastinya mampu mendarat di kapal ini, tapi sayangnya tidak ada fasilitas untuk hanggar. Saking besarnya helipad, pernah sebuah pesawat Harrier tinggal landas dari RFA Green Rover. Jenis kapal tanker ini total dibuat sampai lima unit untuk Royal Navy. Seiring modernisasi, beberapa Rovel Class juga dijual, diantaranya untuk AL Portugal.



Selain kondang dalam setiap misi patroli dan tempur, KRI Arun juga kerap dijadikan “kapal markas” saat berlangsungnya latihan tempur. Dengan fasilitas yang lengkap dan memadai, KRI Arun pada bulan Mei tahun 2000 pernah digunakan oleh mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid saat mengarungi perairan sekitar Lampung dan Kepulaua Seribu selama 17 jam. Jadi selain berperan sebagai kapal tanker, KRI Arun juga layak menyandang gelar kapal VVIP. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi KRI Arun 903
* Berat: 11.520 ton
* Panjang: 140,6 m
* Lebar: 19,2 m
* Mesin: 2×16 silinder Pielstick diesels, 15,300 shp
* Kecepataan: 17 knot
* Jangkauan: 15.000 nm (15 knots)
* Senjata: 2 x meriam 40 mm, 2 x meriam 20 mm
* Awak: 47

Read more

Tetral : Rudal Anti Pesawat Terbaru TNI-AL


Seiring hadirnya empat korvet terbaru TNI-AL dari kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) yang dibeli dari galangan Schelde Naval Shipbuilding, Belanda. Maka otomatis TNI-AL mendapat tambahan alutsista (alat utama sistem senjata) anyar berupa rudal anti pesawat ringan, Tetral. Rudal ini menjadi bagian melekat dari korvet SIGMA yang juga dikenal sebagai kapal perang kelas Diponegoro. Pada tiap korvet SIGMA dilengkapi dua sistem peluncur, masing-masing peluncur memuat empat rudal.

Tetral sendiri merupakan teknologi sistem peluncur, sedangkan basis rudalnya mengambil dari jenis Mistral. Mistral adalah rudal ringan jarak dekat yang sangat populer di pasar dunia, rudal ini dibuat oleh MBDA di Perancis. Keunggulan Tetral yakni sistemnya dapat bekerja otomatis, dikendalikan secara remote dan tergolong low maintenance. Desain Tetral dirancang untuk dipasangkan pada kapal perang dengan konsep stealth.


Meski tergolong rudal ringan jarak pendek, Tetral bisa melahap multi target, termasuk target yang bermanuver cepat, dalam hal ini seperti pesawat tempur dan helikopter, bahkan Tetral bisa melahap target berupa rudal. Dalam rilis yang dikeluarkan MBDA, tingkat success rate Tetral mencapai 93 persen. Untuk menghajar target, rudal ini dilengkapi kendali berupa canard dan sistem sensor pengarah berupa passive IR (infra red) homing. Sensor passive IR akan bekerja 2 detik setelah peluncuran.

Dalam pengoperasiannnya, Tetral dikendalikan dari PIT (pusat informasi tempur), berat rudal ini hanya 18.7 Kg, dimana 3 Kg nya merupakan bobot bahan peledak. Sebagai rudal penghancur target jarak pendek, jangkauan Tetral memang hanya sekitar 5.3 Km, tapi soal kecepatan jangan ditanya, rudal ini bisa melesat dengan kecepatan maksimum 2.5 Mach. Sebelumnya TNI-AL juga sudah akrab dengan rudal jenis ini, lewat platform peluncur Simbad, bedanya Simbad merupakan platform peluncur untuk dua rudal Mistral dan dioperasikan secara manual oleh operator. Simbad saat ini dipasang pada fregat TNI-AL kelas Van Speijk.


Selain Simbad dan Tetral, masih ada platform peluncur lain, yakni Sadral. Sadral pada prinsipnya mirip dengan Tetral, dimana sistem rudak diluncurkan secara remote otomatis dari PIT. Bedanya Sadral mengusung enam peluncur rudal Mistral. Baik Simbad, Tetral dan Sadral, ketiganya dapat cepat untuk diisi ulang dan dapat ditebakkan secara salvo. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Tetral
Berat Sistem Peluncur : 600 Kg (termasuk 4 rudal)
Bearing : 310 derajat
Sudut Elevasi : -16 sampai 75 derajat
Berat rudal : 18.7 Kg
Panjang : 1.86 meter
Diameter : 0.09 meter
Kecepatan maksimum : 2.5 Mach

Read more

My Slide by Eriza

Mengenai Saya

Yang ingin lebih tahuh siapa aku silahkan lihat-lihat aja di sini